MARRIED WITH MR. ARROGANT ~ 18

cover baru

Farline Cho

Cho Kyuhyun│Song Jiyeon│Song Joongki │Shin Jina │Lee Hyukjae │Park Nara

Romance, Comedy, Family, Married Life

PG-18

LEMME KNOW IF YOU WANNA RE-POST OR SHARE MY STORY!

DON’T BE A PLAGIARISM!

DON’T LIKE, DON’T READ!

LEAVE COMMENT AND LIKE, AS EASY AS YOU READ!

TYPOS ARE ANYWHERE

HAPPY READING!! ^^


Kyuhyun memeluk tubuh Jiyeon begitu erat, mengabaikan gadis itu yang terusik dalam tidurnya. Namun demikian Kyuhyun bersyukur Jiyeon tak kunjung terjaga tak pula menolak pelukannya. Dapat ia pastikan jika saja gadis itu terbangun, dirinya tak dapat memeluk Jiyeon lebih lama, selama yang ia inginkan.

Satu minggu lebih tiga hari berpisah dari Jiyeon bukanlah hal menyenangkan rupanya bagi Cho Kyuhyun. Kehidupan kakunya yang selalu diselimuti oleh keheningan terganti dengan kehadiran Jiyeon yang begitu riuhnya.

Kyuhyun seperti berada dalam dimensi dunia lain. Bukan dunia yang ia ciptakan sendiri, dunia serta suasana seperti apa yang ia inginkan.

Dan pria itu rasakan perbedaan tanpa adanya Jiyeon.

Padahal dirinya baru berpisah seminggu lebih dari Jiyeon. Bagaimana jika mereka berpisah selamanya seperti apa yang sering Joongki harapkan? Sungguh, Kyuhyun tak dapat membayangkannya. Tidak mencapai dua minggu saja berjauhan dari istrinya pria itu seperti tak menemukan tempat untuk berpijak. Song Jiyeon penopang kehidupan Cho Kyuhyun. Kyuhyun benci untuk mengakui, tapi begitulah kenyataan yang ada.

Perkiraannya yang hanya tiga hari saja di Singapore ternyata tak sesuai prediksi. Kyuhyun terpaksa harus memundurkan jadwal kepulangannya dikarenakan terjadi beberapa kendala yang tak diinginkan pada pembangunan proyek barunya di negara yang terkenal dengan seribu satu larangannya.

Selama itu juga Kyuhyun merasa tidak tenang dan nyaman dalam menjalani kesehariannya. Tanpa Jiyeon, tanpa suaranya, tanpa kecerewatan gadis itu dan juga tanpa kabar dari istrinya tersebut.

Jiyeon hanya menghubungi Kyuhyun sekali. Hanya sekali. Dan itupun untuk menanyakan kenapa Kyuhyun belum juga kembali dari perjalanan bisnisnya setelah tiga hari seperti apa yang pria itu janjikan kepada Jiyeon. Setelahnya, hingga mencapai delapan hari Kyuhyun di negara ber-ikon Merlion –si ikan berkepala singa- Jiyeont tak pernah kembali menghubungi Kyuhyun untuk menanyakan kabarnya atau hanya sekedar berbasa-basi.

Nyatanya, meski terkesan tak peduli dan cenderung bersikap dingin serta ketus kepada Jiyeon, Kyuhyun mengharapkan panggilan masuk atau setidaknya satu pesan dari istrinya, setiap detiknya. Bukannya tidak bisa Kyuhyun yang berinsiatif untuk menghubungi Jiyeon lebih dahulu. Hal itu sudah sering terpikirkan oleh Kyuhyun. Tapi, lagi dan lagi rasa gengsi yang tinggi menghalanginya. Lantas pada akhirnya, Nayoun-lah yang menjadi informan dadakan Kyuhyun. Menanyakan segala sesuatunya terkait Song Jiyeon.

Meski mendapat kabar dari Nayoun bagaimana keseharian Jiyeon dan bahwa istrinya selalu dalam keadaan baik-baik saja, namun ketenangan itu hanya bertahan sesaat. Sebelum kemudian pria itu kembali memikirkan Jiyeon.

Belajar dari pengalaman, Kyuhyun berjanji bahkan ia berani bersumpah untuk kedepannya ia tak akan mengulangi hal yang sama. Oleh dari itu, disaat ia harus berpisah dari Jiyeon untuk beberapa waktu ia akan menghubungi istrinya setiap hari. Tak peduli jika gadis itu akan marah nantinya, toh itu semua demi kebaikan jiwa dan raganya agar selalu berada dalam mode aman.

Cho Kyuhyun merindukan Song Jiyeon. Jelas hal itu terlihat dengan sangat, Kyuhyun pun tak memiliki ide untuk menolak kebenarannya.

Kini ketenangan dan kenyamanan kembali padanya. Song Jiyeon rumahnya, tempatnya untuk kembali. Tempatnya melepas segela kepenantan yang ia miliki, tempat untuk ia mengobati rindu yang membara dan tempat yang selalu menjadi prioritas pertama dalam hidupnya.

Saranghae”. Dengan senyuman merekah pria itu berbisik tepat ditelinga istrinya. Mengusap lembut punggung Jiyeon, mencium puncak kepalanya kemudian ditutup dengan pelukan yang bertambah eratnya.

“Cho Kyuhyun pemalas!.” Decak Joongki setelah kakinya tersandung koper besar hitam yang menghalangi jalannya menuju dapur. Dia tak perlu menduga-duga siapa gerangan pemilik dari koper hitam yang berada diujung anak tangga. Joongki sudah sangat mengenal koper sekaligus pemiliknya.

Jika pria itu dengan rajinnya membawa turun kopernya dari dalam mobil serta menyeret masuk sampai kedalam rumah, lantas kenapa Kyuhyun tidak ikut membawa serta koper tersebut menaiki undukan tangga untuk mencapai kamar? Apalagi sebutannya jika itu bukan pemalas? Kyuhyun pasti merasa berat untuk mengangkat kopernya keatas. Itulah yang menjadi pemikiran Joongki dipagi hari ini.

“Kyuhyun sudah pulang ya?.” Tanya Jina menyambut kedatangan Joongki didapur.

“Kopernya itu membuat kakiku kesakitan, sayang.” Seperti bocah, Joongki merajuk manja kepada istrinya. Pria itu merengsek lebih mendekat kepada Jina, membawa tubuh wanita yang tengah mengandung buah hati mereka kedalam pelukannya.

“Aku tidak tersandung. Oppa saja yang tidak hati-hati.” Joongki berdecak malas dibalik cerukan leher Jina yang ditanggapi kekehan kecil dari wanita tersebut.

“Apa Jiyeon tahu kepulangan Kyuhyun?.”

“Molla. Bagaimana kalau kita mengecek mereka didalam kamar?.” Joongki menarik dirinya dari Jina, mengerling penuh maksud kepada istrinya. “Jangan coba-coba, oppa! Kau senang sekali mengganggu mereka.” Menggoda dan menganggu kesenangan Jiyeon merupakan hal yang wajib bagi Song Joongki dan Jina tahu dengan baik kelakuan aneh suaminya tersebut.

Bahkan sudah menikah dan akan segera memiliki anak pun pria itu masih saja suka merusak suasana hati adiknya serta Kyuhyun. Joongki melupakan kalau Jiyeon bukanlah lagi anak bungsu manja yang sering merajuk kepadanya seperti dulu. Jiyeon kini telah berstatus sebagai istri dari Cho Kyuhyun dan secara tidak sadar pun sifat kedewasaan mulai tumbuh pada diri gadis tersebut.

Kendati begitu, bagaimanpun keadaannya, menggoda Jiyeon masih menjadi kesenangan tersendiri bagi Joongki.

“Jiyeon pasti sangat senang ketika bangun menemukan Kyuhyun disampingnya.” Tutur Jina seraya mengajak serta suaminya untuk duduk diruang makan.

“Tentu saja. Melihat bagaimana dirinya uring-uringan selama seminggu ini, pasti dia akan berjingkrak senang mendapati Kyuhyun.” Tutur Joongki diselingi dengan tawa kecilnya.

Semua tahu bagaimana suasana hati Jiyeon selama berjauhan dari suaminya. Joongki, Jina, Nara,  bahkan Jim-pun menyadari bagaimana keadaan Jiyeon hampir dua minggu ini. Meski gadis itu menyangkal dengan keras alasan dari kemurungannya akhir-akhir ini disebabkan karena ‘demam panggung’ sebelum menuju detik-detik jadwal sidangnnya. Sekeras apapun Jiyeon mengelak, mereka semua sadar jika gadis itu tengah merindukan suaminya.

Menurut informasi yang dikabarkan Nara, bahwa Jiyeon terlalu sering merutuk tidak jelas kepada ponselnya. Sesekali Nara menangkap dengan jelas apa yang Jiyeonn ucapkan, Jiyeon tengah merutuki Kyuhyun tak kunjung menghubunginya. Hal itupun tak luput dari pandangan Joongki beserta istri. Mereka sudah memberi saran kepada Jiyeon jika memang merindukan Kyuhyun hubungi saja, tapi kembali Jiyeon mengelak jika dirinya tidak memikirkan pria itu sama sekali.

Jelas saja pernyataan apapun yang keluar dari mulut Jiyeon sebagai pembelaannya tak pernah Joongki percayai. Sebab ia sudah tahu bagaimana sifat, sikap dan perangai adiknya dikala sedih, senang, susah, maupun gundah gulana. Joongki menyimpulkan beberapa hari terakhir ini Jiyeon tengah terjangkit virus mala rindu, dan juga gelisah galau merana disebabkan tanpa sosok suami disamping seperti sebelumnya. Adiknya begitu sangat merindukan Kyuhyun, tapi terus saja Jiyeon menyangkal.

Katanya membenci Kyuhyun karena sifat pria itu terlalu dingin, tapi nyatanya Jiyeon malah marah-marah tidak jelas jika Joongki begitu banyak bicara dan Jiyeon malah berdecak kesal dengan mengatakan “Berisik sekali, oppa. Coba kurangi kata-katamu itu seperti Kyuhyun.” Nah! Ketahuan ‘kan jika otak Jiyeon dipenuhi oleh satu nama, yaitu Cho Kyuhyun. Atau contoh lainnya saat Joongki yang begitu banyak protes akan makanan, tidak mau ini tapi maunya itu. Lagi-lagi Jiyeon mengomentari sifat kakaknya itu yang memang sudah begitu adanya sejak Joongki kecil, “Makan saja apa yang sudah disediakan. Repot sekali sih, Kyuhyun saja tidak begitu pemilih dengan makanan.” Ah- hal yang lucunya lagi adalah, Jiyeon harus ditemani dulu setiap tidurnya selama tidak ada Kyuhyun. Padahal Jiyeon bisa tidur sendiri dikamarnya, dirumahnya tapi malam pertama setelah keberangkatan Kyuhyun ke Singapore Jiyeon merengek-rengek kedalam kamar kakaknya meminta untuk ditemani. Tidak dengan Jina, tapi harus Joongki. Dan terpaksalah Joongki setiap malam harus menina-bobokan adiknya dulu baru tidur bersama sang istri.

Yang membuat Joongki tertawa adalah, meski sudah ditemani tidur dan dipeluk sekalipun Jiyeon masih saja tak dapat memejamkan matanya. Gadis muda itu malah berkata “Pelukan oppa tidak seenak pelukan Kyuhyun. Perut oppa juga tidak buncit.” Setiap malam itu saja yang Jiyeon paparkan dan Joongki akan kembali kekamarnya dengan terpingkal-pingkal bercerita kepada Jina.

Kesimpulannya, Song Jiyeon merindukan Kyuhyun. Song Jiyeon membutuhkan Kyuhyun dan Song Jiyeon mencintai Kyuhyun meski gadis itu belum juga menyadarinya.

“Arrghhhhhh.” Tiba-tiba saja suara heboh yang berasal dari lantai atas itu mengintrupsi kegiatan Jina dan Joongki yang baru saja memulai sarapan pagi mereka.

“ANJING SIALAN! KELUAR!! KELUAR!!.” Jina dan Joongki saling pandang. Makian dan teriakan sarat akan ketakutan itu membuat mereka bertanya-tanya apa yang sudah terjadi.

“Anjing?.” Joongki bergumam sebelum sedetik kemudian ia seperti tersadar akan sesuatu dan buru-buru berlari untuk menaiki anak tangga.

“Kau tunggu disini saja, sayang.” Ucap Joongki kepada istrinya disaat melihat Jina ikut bergerak bersamanya. Meski tidak terima dengan larangan suaminya akhirnya Jina tetap mematuhi permintaan Joongki.

Joongki berlari menaiki setiap undukan tangga hingga sampai didaun pintu kamar Jiyeon. Tanpa permisi ia langsung membuka pintu yang tidak terkunci itu dan sesaat dia dibuat ternganga dengan pemandangan yang disuguhkan dihadapan matanya. Yang ia dengar dari bawah sana suara teriakan-teriakan seperti tengah terjadi sesuatu yang mengerikan, tapi kenapa kenyataannya malah berbeda?

Jiyeon berada dibawah kukungan tubuh Kyuhyun yang tanpa busana terlihat jelas karena selimut tidak menutupi tubuh pria itu sepenuhnya. Kepala Kyuhyun berada dicerukan leher Jiyeon, menenggelamkan seluruh wajahnya dalam-dalam disana. Tangan dan kaki Kyuhyun melingkar sempurna ditubuh Jiyeon, memeluk begitu erat enggan untuk dilepaskan. Joongki menggaruk tengkuknya salah tingkah dengan pandangan tersebut. Belum lagi ketika bola matanya mengarah kelantai bermaksud untuk mengalihkan pandangannya, namun yang dilihat malah pakaian Kyuhyun berceceran diatas lantai.

Kyuhyun telanjang? Begitulah apa yang Joongki pikirkan. Pemikiran-pemikiran aneh mulai bermunculan dalam otaknya. Apa yang mereka lakukan sebelumnya? Kemudian suara gonggongan anjing menarik kesadaran Joongki dari kebingungannya. Dia mencari-cari darimana asal suara anjing tersebut. Namun, matanya bergerak tajam setelah melihat tangan Kyuhyun membanting lampu tidur yang berada dinakas samping ranjang. Dengan gerakan seperti angin Joongki melangkah kesisi ranjang tidur Jiyeon yang tidak terlihat dari arah pintu, ia menemukan pusat keributan pagi ini.

Charles, anjing Jiyeon. Entah bagaimana ceritanya anjing manis ini bisa berada dikamar adiknya sehingga membuat Kyuhyun ketakutakn seperti saat ini. Joongki sudah tahu perihal trauma Kyuhyun akan hewan yang berekor, anjing dan kucing. Tidak heran jika Kyuhyun pagi ini kalang kabut dan berteriak histeris mendengar suara Charles yang menggonggong meminta perhatian dari majikannya, Jiyeon. Lupa akan alerginya dengan bulu anjing dan kucing, Joongki mengangkat Charles kedalam gendongannya dan membawa anjing kecil itu keluar kamar Jiyeon.

Joongki hanya tahu kejadian mengerikan yang dialami Kyuhyun ketika kecil dulu sehingga membekas trauma hingga detik ini. Tapi ia tidak tahu ternyata begitu besar efek masa lalu tersebut dalam kehidupan Kyuhyun yang sekarang. Jujur Joongki katakan, ia tidak tega dan terlihat sedih melihat keadaan Kyuhyun seperti tadi. Meski hanya melihat sekilas bagaimana ketakutannya Kyuhyun dengan tubuh bergetar dan dibanjiri peluh tapi Joongki tahu seperti apa keadaan Kyuhyun saat ini, pasti pria itu begitu terguncang.

Disisi lain Kyuhyun tidak mau melepaskan dirinya dari tubuh Jiyeon kendati ia tahu tidak ada lagi anjing peliharaan istrinya disekitaran mereka.

Jiyeon masih shock dengan posisi mereka saat ini. Ia berteriak kecil ketika awalnya dengan perubahan posisi tubuh mereka secara tiba-tiba. Jiyeon menduga-duga apa yang menyebabkan Kyuhyun bertingkah aneh seperti itu. Nyawanya belum terkumpul sempurna untuk memahami situasi, namun demikian Jiyeon sadar setelah mendengar suara gonggongan Charles. Padahal Kyuhyun pria yang termasuk susah dibangunkan, tapi hanya baru sekali gonggongan kecil saja pria itu malah tersentak dari bermimpi buruk dalam tidurnya.

Untuk pertama kalinya Jiyeon bisa melihat ekspresi lain yang diperlihatkan Kyuhyun. Jika biasanya pria itu selalu datar-datar saja tanpa ekspresi maka tidak dengan pagi ini. Kyuhyun berteriak ketakutan, terisak dan tubuh dimandikan keringat. Jiyeon tidak tahu perihal apa  yang menyebabkan Kyuhyun tiba-tiba seperti akan ditarik nyawanya saja oleh malaikat maut. Dalam ketakutannya Kyuhyun terus meracau tidak akan melepaskan Jiyeon dari pelukannya. Ia harus melindungi Jiyeon jika tidak ingin anjing itu akan menyakiti istrinya. Padahal Jiyeon sudah memberi pengertian jika Charles tidak akan berbuat jahat seperti apa yang dipikirkan Kyuhyun. Alih-alih mempercayai Jiyeon pria itu semakin erat merengkuh tubuh mungil istrinya.

“Sudah kukatakan jangan ada anjing dan kucing.” Isak tangis Kyuhyun tak dapat ditutupi dengan desisan tajamnya.

“Aku tidak tahu kau pulang hari ini.” Jiyeon mengaku bersalah. Padahal Kyuhyun sudah berkali-kali mungkin sudah puluhan kalinya pria itu mengingatkan dirinya untuk tidak ada anjing dan kucing disekiatrannya.

Ancaman terakhir Kyuhyun jika ia mendapati kedua hewan tersebut disekitarnya adalah membunuh kedua peliharaan Jiyeon yang tak berdosa. Tapi, Jiyeon tidak bermaksud melanggar peringatan suaminya. Coba saja Kyuhyun memberinya kabar akan pulang, sudah pasti Jiyeon akan mengimigrankan kedua peliharannya ketempat penitipan hewan. Namun, apa hendak dikata, semua telah terjadi.

“Singkirkan binatang itu!.”

Arraseo.” Tidak seperti biasanya Jiyeon yang lebih mendebat Kyuhyun dahulu baru pada akhirnya tetap mematuhi keinginan pria itu. Kali ini Jiyeon malah mengangguk dan menyetujuinya begitu saja. Karena ia dapatkan bagaimana bergetarnya tubuh Kyuhyun dipenuhi oleh peluh dingin diseluruh tubuhnya. Jiyeon menyimpulkan, bukan tanpa alasan Kyuhyun bertindak berlebihan setiap ia melihat anjing dan kucing disekitarnya.

“Turunlah! Kau berat tahu.” Protes Jiyeon mencoba mencairkan suasana. Jiyeon tidak mendapatkan respon seperti apa yang ia harapkan. Bukannya merasa terbebas dari kukungan Kyuhyun, kini Jiyeon benar-benar merasakan sesak dengan beban berat yang harus ia tahan.

Tubuh tegang Kyuhyun terlihat lebih santai, dan bahu yang bergetar sejak tadi digantikan dengan tarikan nafas teratur. Kyuhyun tertidur. Ya, tanpa perlu memastikan kebenarannya Jiyeon sangat yakin sekali jika kesadaran suaminya telah ditarik kealam bawah sadarnya.

Mendesah keras, Jiyeon perlahan mendorong Kyuhyun dari atas tubuhnya hingga tubuh besar pria itu kini berbaring disamping Jiyeon. Jika Jiyeon tidak salah mengingat, ini untuk ketiga kalinya pria itu jatuh tak sadarkan diri diatas tubuhnya dengan posisi pria itu memeluk erat dirinya.

Pertama, ketika untuk pertama kali Kyuhyun menciumnya dimalam pria itu sedang dalam keadaan kurang sehat. Kedua, ketika pria itu juga menciumnya dalam kondisi mabuk dan ketiga ya saat ini, meski tanpa ciuman, tapi lagi-lagi Kyuhyun jatuh tertidur diatasnya. Jiyeon tak habis pikir apa tidur diatas tubuhnya itu merupakan hobi bagi Kyuhyun?

Pemikiran Jiyeon yang menyangka Kyuhyun tertidur malah ternyata pria itu pingsan. Dokter baru saja pulang setelah memeriksa keadaan Kyuhyun. Dan semuanya terbongkar, rahasia besar Kyuhyun yang sama sekali tidak Jiyeon ketahui. Jiyeon sudah mengetahui segalanya, apa penyebab Kyuhyun bisa selalu histeris ketika melihat seekor anjing maupun kucing atau hanya sekedar mendengar suara kedua hewan itu saja. Meski tidak secara terperinci, Joongki sudah menceritakan secara garis besarnya kepada Jiyeon. Pria itu menegaskan biar Kyuhyun saja yang bercerita keseluruhannya dikala Jiyeon memaksa Joongki untuk bercerita lebih lanjut. Karena Joongki tahu pasti Kyuhyun punya alasan tersendiri kenapa tetap menyembunyikan traumanya itu dari istrinya, dan Joongki tidak ingin lancang dengan cara membebarkan keseluruhannya.

Jiyeon menatap Kyuhyun yang tengah berbaring tak sadarkan diri dengan perasaan yang campur aduk. Sedih, kesal sekaligus marah tengah menguasai emosinya saat ini. Sedih karena tak pernah menyangka Kyuhyun yang dingin tak tersentuh ini mempunyai pengalaman yang buruk dan begitu mengerikannya semasa ia kecil dulu namun berbekas hingga sekarang. Jiyeon kesal kenapa Kyuhyun tetap diam dan tak pernah bercerita kepadanya dan gadis berusia dua puluh satu tahun itu pula marah, marah kepada dirinya sendiri. Dia ini berstatus sebagai istri Cho Kyuhyun, tapi kenapa dirinya tidak tahu jika suaminya itu mempunyai trauma yang dimasa kelamnya? Istri macam apa dia ini? Bahkan Jiyeon dengan sengaja suka melanggar perintah Kyuhyun untuk tidak memelihara kedua hewan peliharaannya dirumah, disekitaran pria itu. Nada dering ponselnya yang aneh dengan suara-suara anjing dan kucing itu pun sudah berkali-kali mendapat teguran dari pria itu untuk diganti. Jiyeon memang menggantinya, tapi tak bertahan lama. Sesaat kemudian dia akan kembali menjadikan suara-suara itu sebagai nada dering.

“Jim sudah membawa.. hasyiimm…” Joongki menggosok-gosok hidungnya yang terasa sangat gatal. “Charles dan Callie ketempat penitipan hewan.” Sambung pria itu setelah merasa hidungnya sudah lebih baik. Beginilah Song Joongki jika sudah berdekat-dekatan dengan hewan berbulu, pria itu akan bersin-bersin parah karena alergi.

Namun mengingat bagaimana kegundahan Jiyeon selama kepergian Kyuhyun, Joongki mengizinkan adiknya itu untuk membawa kedua peliharaannya tinggal bersama mereka tapi dengan catatan Jiyeon harus mengawasi kedua hewannya itu jauh-jauh dari jangkauan Joongki. Dan sekarang Joongki bertekad akan membawa Charles dan Callie kembali ketempat penitipan hewan setelah tanpa sadar pagi tadi ia membawa Charles keluar dari kamar Jiyeon. Toh, orang yang dirindukan Jiyeon sekarang sudah kembali. Selain itu akibat suara gonggongan Charles tadi membuat jiwa Kyuhyun kembali terguncang dan sekarang pria itu masih dalam keadaan pingsan dimana awalnya Jiyeon menyangkan jika suaminya itu sedang tertidur.

Oppa tahu kau sangat menyukai kedua peliharaanmu itu. Tapi untuk saat ini bisa tidak kau mengalah, hm? Selain membuat oppa bersin-bersin alergi, anjing dan kucing itu dapat membahayakan nyawa Kyuhyun, Yeon.” Joongki berujar lembut melihat wajah adiknya yang merengut tidak senang mengetahui jika kedua peliharaannya akan kembali diungsikan. Namun tak lama setelahnya Jiyeon hanya mengangguk saja.

Benar apa yang dikatakan Joongki, jika dirinya tak boleh egois. Ia memang sudah sangat lama menginginkan kedua hewan tersebut, tapi untuk saat ini dia harus memikirkan kesehatan Kyuhyun. Bagaimana jika kejadian hari ini terulang kembali? Jiyeon tak bisa membayangkannya. Hari ini saja pria itu pingsan, tidak menutup kemungkinan jika kedepannya lebih buruk ‘kan?

“Kyuhyun, kau sadar!.” Joongki memekik girang kala mendapati jari tangan Kyuhyun bergerak-gerak seiring dengan matanya yang terbuka. Jiyeon yang terduduk disamping baringan Kyuhyun ikut membawa pandangannya kepada pria itu. Tak dapat dipungkiri, dirinya begitu senang melihat Kyuhyun sudah sadar.

Bola mata Kyuhyun terbuka dengan lebar. Sesaat ia masih bingung dan gamang dengan suasana seperti ini. Dirinya yang terbaring tak berdaya diranjang dengan dikelilingi oleh orang-orang yang menatapnya dengan beragam macam ekspresi. Kyuhyun menoleh kesamping kanannya, disana ia menemukan Jiyeon yang duduk disamping baringannya dengan senyuman kecil.

“Song-.” Oh, Kyuhyun tidak tahu suaranya menghilang kemana. Tenggorokannya terasa kering dan sakit sekali.

“Iya, ini aku. Sudah merasa baikan?.” Jiyeon ikut berbaring disamping Kyuhyun dengan posisi menelungkup. Seperti ini lebih nyaman menurutnya berbicara dengan Kyuhyun.

Yang ditanya mengernyit tidak mengerti. Ada apa dengan dirinya? Apa ia terjadi sesuatu? Kenapa ia harus merasa baikan? Kyuhyun gagal paham akan pertanyaan Jiyeon, tapi Joongki yang tahu ketidak mengertian Kyuhyun menyelamatkan adik iparnya itu.

“Kau pingsan sejak lima jam yang lalu. Itu- kau tahu kejadian heboh tadi pagi.” Jelas Joongki kemudian. Kyuhyun masih mencerna perkataan kakak iparnya, sampai akhirnya ia meringis antara malu dan kesal setelah mengingat apa yang terjadi pagi tadi. Ia benci menjadi lemah, dia ini seorang pria bagaimana bisa pingsan hanya karena gonggongan anjing saja? Kyuhyun mengutuk trauma masa lalunya itu.

“Kau tidak apa-apa?.” Lantas Kyuhyun bertanya cepat, membawa pandangan matanya keseluruh tubuh Jiyeon memastikan jika istrinya baik-baik saja. Ia khawatir, tidak ingin terjadi hal buruk kepada istrinya itu.

I’m oke.” Jiyeon menjawab singkat, sepertinya gadis itu tidak menangkap kekhawatiran suaminya itu.

Tak lama kemudian Jina masuk kedalam kamar dengan membawa sebuah nampan yang terdapat sebuah mangkuk berisis bubur, segelas air mineral dan juga beberapa pil obat yang telah diresepkan oleh dokter tadi.

“Kyuhyun, aku ingin bertanya.” Jiyeon berucap cepat setelah Joongki membantu Kyuhyun untuk duduk dari baringannya. Dengan jengkel Joongki menampar kecil bibir adiknya itu. Ia heran dengan Jiyeon, apa dia tidak lihat kalau Kyuhyun baru saja sadar dari pingsan panjangnya? Kyuhyun itu perlu beberapa waktu kedepan untuk memulihkan kembali kondisi tubuhnya, tapi Jiyeon malah dengan santainya mengerocoki suaminya itu.

“Biarkan Kyuhyun mengisi perutnya dulu, Yeon.”

Jim yang berada tepat disamping Joongki mengangguk membenarkan sebelum kemudian dia ikut menimpali ucapan sepupunya itu. “Kau pikir kau saja yang mempunyai perut.”

“Kau ini bagaimana sih, suami sakit itu harus diperhatikan, disayang-sayang, dimanja-manja.” Lagi-lagi Jim mengangguk, kali ini anggukannya begitu semangat dari sebelumnya.

“Kau tidak tahu bagaimana caranya? Ingin aku mengajarimu?.” Jim ikut memanasi. Inilah Joongki dan Jim. Duo komplotan yang begitu kompak menggodai Jiyeon.

“Pertama-tama yang paling utama, yang harus kau lakukan adalah.”

“Keluarlah!.” Suara lemah itu mengintrupsi Jim yang tengah berbicara dengan semangat 45. Kedua alis Jim menyatu, kemudian ia menunjuk dirinya sendiri, meminta kepastian jika Kyuhyun memang menyuruhnya keluar.

Joongki tertawa mengejek melihat tampang bodoh Jim saat ini. Lantas ia mendorong pelan bahu adik sepupunya tersebut. “Keluarlah, kau itu berisik sekali.” Sahut Joongki masih dengan tawanya. Jina yang sedari tadi hanya memperhatikan hanya dapat menggeleng-geleng jengah saja dengan tingkah suaminya itu. Padahal yang paling berisik diruangan ini Joongki, lalu Jim ikut menyahuti.

“Kalian semua keluarlah!.” Kali ini suara Kyuhyun terdengar lebih tegas. Dia tidak memandang kepada ketiga orang yang tengah berdiri tidak jauh dari ranjangnya. Kepalanya menunduk, tatapan matanya kosong.

Kini Jiyeon-lah yang terbahak. Sedari tadi ia sudah cukup kesal dengan tingkah Joongki dan Jim, hampir saja ia berteriak-teriak menanggapi jika saja Kyuhyun tidak dengan cepat menyuruh mereka keluar. Dengan tarikan tangan dari Jina, kedua pria berbeda usia itu sukses keluar dari kamar Jiyeon sehingga kini meninggalkan sepasang suami istri itu.

“Ingin bertanya apa?.” Kyuhyun langsung bertanya sedetik setelah keluarnya Jim, Joongki dan Jina dari kamarnya dan Jiyeon. Bukan bermaksud lancang dan tidak sopan dengan menyuruh mereka keluar dari kamarnya, hanya saja kepalanya sungguh sangat berat saat ini ditambah mendengar suara-suara Joongki dan Jim yang saling sahut menyahut satu sama lain demi memanasi Jiyeon membuat kepalanya bertambah pusing tak karuan.

“Kau harus makan dulu.” Jiyeon bangkit dari baringannya, tidak perlu repot-repot turun dari ranjang. Gadis itu mencondongkan tubuhnya melewati tubuh Kyuhyun kearah meja nakas yang berada disisi kiri suaminya. Ia mengambil mangkuk berukuran sedang itu dengan hati-hati, setelah mendapatkannya ia duduk dengan kaki bersila.

“Aku bisa sendiri.” Kyuhyun hendak meraih mangkuk ditangan Jiyeon, namun belum juga berpindah tempat Jiyeon sudah terlebih dahulu mengangkat tinggi-tinggi mangkuk itu dengan kedua tangannya.

“Aku suapi, oke!.”

“Aku tidak lumpuh, jadi berikan padaku!.” Jiyeon mendecak malas. Kyuhyun ini tanggapannya itu tajam sekali. Memang siapa yang mengatakan kalau pria itu lumpuh?

“Baiklah, makan sendiri! Disaat nanti kau membutuhkanku untuk menyuapimu, maka jangan harap aku akan mengabulkannya.” Kalimat Jiyeon seperti ultimantum sebuah janji yang akan ia tepati nanti kedepannya. Dan Kyuhyun sungguh tidak ingin hal itu terjadi. Karena ia mempunyai bayangan disaat malas-malasan nanti dia membutuhkan Jiyeon untuk memanjakannya.

Pada akhirnya Kyuhyun hanya diam tak berkutik lagi. Dia menerima saja suapan demi suapan bubur yang Jiyeon sodorkan padanya hingga bubur itu hanya menyisakan ¼ dari awalnya. Setelah meminum obatnya, Kyuhyun kembali menanyai Jiyeon apa yang ingin gadis itu pertanyakan kepadanya.

“Pertanyaan pertama. Kenapa tidak bercerita padaku tentang masa lalumu?.” Jiyeon menatap Kyuhyun serius, berharap agar suaminya ini terbuka dan membagi kisahnya kepada dirinya.

“Kau memiliki trauma dimasa kecilmu. Kenapa tidak memberitahuku?.” Kyuhyun menghela nafas beratnya. Matanya ia lemparkan kearah lain, dia tidak ingin bersitatap langsung dengan Jiyeon.

“Setiap pria tidak ingin kekurangannya diketahui. Begitu pula denganku. Aku tidak ingin orang-orang mengetahui masa laluku dan mereka bisa memanfaatkannya untuk kepentingan mereka sendiri. Aku tidak ingin orang menyadari ketakutanku dan terlihat lemah dihadapan mereka. Bagiku semua itu sama halnya seperti harga diriku jatuh dan terinjak-injak.” Kyuhyun membeberkan apa yang ditahant-tahannya selama ini.

“Tapi aku istrimu. Apa aku orang lain bagimu, Kyuhyun? Bahkan Jina eonni dan Joongki oppa tahu akan masa lalumu, Kenapa aku tidak?.” Jiyeon terbawa emosi setelah mendengar penjelasan Kyuhyun. Dia seperti tidak dapat menerima apa yang pria itu utarakan.

“Aku sudah berniat untuk menceritakan semuanya padamu, Song.” Kyuhyun yang tadinya betah menatap kosong keluar jendela, kini ia memfokuskan pandangannya tepat kemanik mata Jiyeon. Menatap gadis itu dengan tatapan sendu. “Kau tahu masa lalu itu merupakan rahasia terbesar dalam hidupku. Dan kau tahu apa tanggungan bagi orang-orang yang mengetahui rahasia tersebut?” Ia terdiam sesaat, menarik nafasnya dalam sebelum melanjutkan. Jiyeon tetap diam, menantikan suara Kyuhyun kembali keluar dengan tidak sabaran.

“Kau tidak akan nyaman jika mengetahui sebuah rahasia dimana kau harus tetap diam untuk menyembunyikannya. Hatimu tidak akan tenang apalagi jika rahasia itu berpengaruh besar dalam kehidupan sekitarmu. Aku tidak ingin membuat hidupmu terbeban dengan masa laluku yang

kelam. Apa kau yakin bisa menahanannya?.”

Tidak ada lagi Kyuhyun dingin dan irit kata-kata. Setiap bersama Jiyeon Kyuhyun selalu menjadi bukan dirinya sendiri yang selama ini. Jiyeon selalu berhasil membuat Kyuhyun dapat berbicara tanpa henti dengan kallimat-kalimat panjang lebar miliknya.

Jiyeon memeluk tubuh Kyuhyun tanpa aba-aba. Dia tidak menyangka jika Kyuhyun memikirkan dirinya dibalik alasan kenapa pria itu tidak bercerita perihal trauamanya itu. Kyuhyun selalu tak tertebak, dan jujur Jiyeon merasa terharu dan senang sekaligus.

“Aku tetap ingin tahu masa lalumu.” Cetus Jiyeon kemudian sembari melepaskan pelukannya dan kembali kepada posisi semula duduk berhadapan dengan suaminya yang bersandar dikepala ranjang.

“Kau keras kepala rupanya.” Ketus Kyuhyun sebelum akhirnya dia tetap mengikuti kemauan Jiyeon. Dimulai dari bagaimana bisa kejadian buruk itu menimpa dirinya sehingga ia melupakan sebagian ingatan masa kecilnya hingga akhirnya trauma itu masih melekat erat dalam ingatannya hingga detik ini.

Meski sudah melakukan berbagai macam terapipun untuk mendamaikan pikiran dan ingatannya dari kenangan-kenangan buruk itu, tapi tak membuahkan hasil yang diharapkan. Hingga pada akhirnya Kyuhyun berusaha menghindar dan menjauh dari suara kedua hewan yang menjadi masa kelamnya.

Jiyeon mendadak menjadi pendengar yang budiman. Dia tidak memotong ataupun memberikan satu atau dua macam saja ekspresinya menanggapi cerita Kyuhyun. Ia mendengar dengan baik, meresapi setiap untain kata Kyuhyun menceritakan tentang masa lalunya. Begitu menyedihkan hingga Jiyeon ikut merasakan bagaimana terlukanya Kyuhyun.

Disekap saat usia masih 10 tahun, umurnya masih tergolong kecil untuk menerima cobaan sebesar itu. Jiyeon tak dapat membayangkan bagaimana jika dirinya diposisi Kyuhyun, dapatkah ia hidup hingga sekarang? Bisakah dirinya sekuat Kyuhyun dalam melawan kenangan buruk itu?.

Jiyeon mengakui, Kyuhyun suaminya adalah pria kuat dan tegar.

“Jangan menangis!.” Cepat-cepat Kyuhyun melayangkan perintahnya disaat melihat mata Jiyeon sudah berkaca-kaca.

Ini yang Kyuhyun benci jika orang-orang mengetahui masa lalunya. Mereka akan menatap dirinya dengan tatapan penuh prihatin dan menyedihkan. Menunjukkan betapa simpatiknya mereka akan nasib yang dialaminya. Kyuhyun tidak membutuhkan itu semua, dia tidak senang jika orang memperlihatkan ekspresi sedih dihadapannya, entah itu tulus atau hanya sekedar mengikuti suasana saja. Intinya, Kyuhyun hanya tidak ingin orang-orang melihatnya dengan kesedihan.

“Aku memikirkan bagaimana jika aku yang berada diposisimu.” Ujar Jiyeon dengan tatapan sendu yang begitu tidak Kyuhyun sukai melihat Jiyeon yang seperti ini.

“Gunakan otakmu untuk memikirkan hal yang lebih bermanfaat.” Alih-alih merespon Jiyeon dengan kalimat-kalimat penenang, Kyuhyun malah berucap ketus dalam menanggapinya. Dan Jiyeon hanya dapat terkekeh kecil, bingung harus memberi respon seperti apa.

“Aku akan bertanya lagi.”

“Hmm.”

“Pertanyaan kedua, kenapa kau-.”

“Seingatku ini bukan pertanyaan kedua darimu. Kau sudah bertanya terlalu banyak dari tadi.” Kyuhyun menyela cepat. Jiyeon mendecak, menepuk-nepuk pundak Kyuhyun yang entah apa maksudnya.

“Selama kau bersekolah, tidak pernah menjawab soal-soal latihan ya? Dalam beberapa jenis soal pasti ada pertanyaan induk lalu terdapat anak-anak pertanyaan didalamnya.”

Pria yang tengah diceramahi itu hanya mengangguk saja dengan bola mata yang memutar. Kemudian dia meminta Jiyeon untuk melanjutkan pertanyaannya. Dia ingin sesi tanya jawab ini segera berakhir, tubuhnya masih begitu lemah dan dia ingin kembali istirahat. Jika ia memilih istirahat sekarang tanpa memenuhi keinginan Jiyeon terlebih dahulu, dapat Kyuhyun pastikan untuk beberapa waktu kedepan Jiyeon akan terus mengoceh untuk menjawab pertanyaannya.

“Kenapa bisa sampai seminggu kau di Singapore?.”

“Terjadi sesuatu disana dan aku tidak bisa membiarkannya begitu saja.”

“Bukan karena kau bertemu dengan baby Song disana?.” Kyuhyun menaikkan sebelah alisnya, dan Jiyeon yang melihat itu membawa telunjuknya kearah alis miliknya. Membuat pergerakan menaikkan ujung alis menggunakan jari lentiknya itu. “Apa yang kau lakukan?.” Kyuhyun mengintrupsi.

“Mencoba menaikkan alis sepertimu.” Jiyeon menyahut polos masih dengan usahanya untuk membuat agar alisnya dapat naik sebelah seperti Kyuhyun. Kyuhyun ingin tertawa melihatnya, namun pria itu dapat mengontrol ekspresinya dengan cepat.

Kyuhyun menarik pergelangan tangan Jiyeon turun. Menatap istrinya itu intens kemudian menjawab pertanyaan gadis tersebut.

Baby Song-nya disini bagaimana aku bisa bertemu dengannya disana?.” Ya Tuhan!! Kyuhyun merasa geli sendiri dengan perkataannya barusan. Dibalik itu Kyuhyun tidak tahu jika Jiyeon tengah merasakan sebuah perasaan yang bergejolak dalam hatinya, ia merasa tersipu dan merasa senang akan jawaban Kyuhyun.

Jiyeon berdehem, memasang wajah serius seolah ia tidak terpengaruh dengan ucapan Kyuhyun. “Kenapa tidak pernah menghubungiku?.”

“Aku sibuk, Song.” Kyuhyun menjawab santai. Namun sepertinya Jiyeon tidak cukup puas dengan jawaban yang Kyuhyun berikan.

“Joongki oppa juga sibuk, tapi dia masih sempat menghubungi Jina eonni. Kenapa kau tidak?.” Lagi, Kyuyun tidak suka dirinya harus dibanding-bandingkan dengan orang lain. Setiap orang memiliki sifat, sikap dan kepribadian yang berbeda bukan?

“Disaat suami sibuk, bukankah seharusnya seorang istri yang menghubungi dirinya?. Menanyakan kabarnya, apakah dia sudah makan, pekerjaannya lancar atau tidak, apa ia sehat selama disana. Ya, sesuatu seperti itu yang bisa menyadarkan suaminya dari kelarutannya dengan pekerjaan.”

Jiyeon menunduk. Kyuhyun benar sekali, seharusnya dia yang sebagai istri menghubungi suaminya. Jina juga sempat beberapa kali memberinya nasehat yang hampir serupa seperti apa yang Kyuhyun katakan. Tapi dia terlalu gengsi untuk menghubungi suaminya terlebih dahulu.

“Aku terlalu sibuk disana, Song. Seharian bekerja bahkan jarang makan dan tidak tidur. Dan kau merengek-rengek meminta untuk ikut waktu itu, kau akan mati kebosanan selama disana. Lalu sekarang kau marah kepadaku karena tidak menghubungimu.”

Ingin sekali Kyuhyun menampar dirinya sendiri karena telah berucap ketus seperti itu kepada Jiyeon. Dia memang sangat luar biasa sibuk disana mengurus proyek pembangunan anak cabang perusahaannya, tapi otaknya tak pernah sekalipun tidak memikirkan Jiyeon. Ingin sekali menghubungi istrinya, tapi rasa gengsi lebih menguasai dirinya. Lalu disaat hendak ingin menelfon Jiyeon atau sekedar mengirim pesan singkat, niatnya itu kembali digagalkan dengan pekerjaan yang harus ia beri perhatian lebih hingga pada akhirnya Kyuhyun lupa akan tujuannya.

“Aku tidak marah, aku hanya bertanya.” Cicit Jiyeon kecil.

“Sudahlah. Jangan ulangi lagi!.” Gadis itu mengangguk mantap. Dia akan belajar untuk mulai menghubungi Kyuhyun terlebih dahulu. Setaunya Kyuhyun juga bukan pria yang gila gadget dengan 24 jam akan terus memantau ponselnya. Hyukjae sempat memberitahunya diawal-awal pernikahan jika Kyuhyun hanya akan menyentuh ponselnya disaat panggilan dan pesan masuk, selain itu Kyuhyun akan membiarkan begitu saja ponsel mahalnya.

“Boleh bertanya lagi tidak?.”

“Selesaikan semuanya hari ini pertanyaanmu, Song.” Jiyeon tersenyum manis. Menarik nafas sejenak lantas langsung kembali melemparkan Kyuhyun begitu banyak pertanyaan yang dijawab semuanya oleh Kyuhyun. Hanya pertanyaan kecil yang mudah saja Kyuhyun jawab. Seperti “Bagaimana Singapore?”, “Aku ingin kesana. Kau mau membawaku ‘kan lain waktu?.”. Sebenarnya pertanyaan-pertanyaan itu hanya basa-basi saja, menurut Jiyeon pertanyaan sebagai pemanasan sebelum ia mengarah pada pertanyaan inti. Yang sudah ia tunggu sejak lama jawaban kejujuran dari Kyuhyun.

“Kau sudah berjanji untuk mempertemukanku dengan baby Song. Kapan tepatnya?.” Satu pertanyaannya itu berhasil membuat Kyuhyun bungkam kehilangan kata. Ia ingat sebelum keberangkatannya ke Singapore ia akan menjelaskan semuanya siapa itu baby Song kepada Jiyeon.

Kyuhyun berpikir sejenak, apakah ini saatnya? Tapi sungguh, ia bingung harus memulainya dari mana. Akhirnya dengan desakan-desakan Jiyeon yang berisik itu Kyuhyun kembali membuka suara. Meski tetap bingung, Kyuhyun memilih memulainya dari menceritakan bagaimana ia bisa kenal dengan baby Song yang membuat Jiyeon terus uring-uringan akhir-akhir ini.

Jiyeon tersenyum mendengarnya. Tidak ada rekayasa ataupun kurang lebihnya cerita yang ia dengar dari Kyuhyun dan Ahra. Keduanya memiliki versi yang sama. Ternyata keluarga Cho dan keluarga Song pernah menjadi tetangga semasa dulu, tapi Kyuhyun yang pendiam dan penyendiri itu tidak bersosialisasi dengan lingkungannya bahkan Joongki yang terus mengajaknya bicara pun diabakan Kyuhyun. Lalu lahirlah Jiyeon kedunia, Kyuhyun yang jarang sekali menginjakkan kakinya ke kediaman keluarga Song, sejak saat itu Kyuhyun malah tidak mau pulang lagi kerumahnya. Ingin terus bersama  bayi mungil yang ia namai baby Song.

Jiyeon merasa berbunga-bunga sekali mengetahui fakta itu. Ia tidak menyangka jika mereka sudah dipertemukan sejak dulu. Apakah mungkin ini memang takdir? Tuhan telah mengirimkan Kyuhyun sebagai pendamping hidupnya bahkan ketika Jiyeon masih berusia bayi.

“Lalu siapa baby Song itu? Dan dimana dia sekarang?.” Jiyeon bertanya lagi, kembali memancing Kyuhyun untuk membuka mulut. Kyuhyun memang belum memberitahu siapa baby Song itu sebenarnya, pria itu hanya menceritakan secara garis besarnya saja. Meski sudah mengetahui siapa jati diri baby Song, tetap saja Jiyeon ingin mendengar secara langsung pengakuan dari Kyuhyun.

“Dia disini, dihadapanku.” Jiyeon mengernyit pura-pura bodoh. Kepalanya celingak-celingkuk kekiri dan kekanan, lalu kedepan bawah dan atas mencoba mencari sosok lain yang dimaksud Kyuhyun.

Baby Song itu kau, Song Jiyeon.” Kyuhyun memberi penjelasan. Akhirnya, apa yang inign Jiyeon dengar dari mulut Kyuhyun sudah terwujud.

“Aku?.” Jiyeon masih dengan gaya polosnya itu, menunjuk diri sendiri dengan tidak percaya. “Mana mungkin?.” Jiyeon memekik heboh, Kyuhyun mendengus jengkel.

“Terserah.” Kyuhyun marah. Sudah berusaha jujur tapi Jiyeon tidak mempercayainya. Dengan wajah datar Kyuhyun membaringkan kembali tubuhnya, menarik selimut sampai kebatas dada dan berusaha memejamkan matanya.

“Hei, jangan tidur dulu! Ya ampun aku benar-benar tidak percaya kau tahu. Ini seperti sebuah keajaiban, sungguh aku tidak menyangka jika kita sudah saling terhubung sejak dulu.” Ini bukan akting, itu benar reaksi alami Jiyeon. Sebelumnya gadis itu juga pernah berucap hal yang sama kepada Ahra setelah mengetahui fakta yang sebenarnya.

“Kenapa kau tidak memberitahuku sejak awal jika kau mengenalku, huh? Kau malu ya?.” Jiyeon ikut berbaring disamping Kyuhyun, membawa tangannya kewajah pria itu. Menoel-noel pipi Kyuhyun yang berisi itu.

Kyuhyun sudah menduga ini sejak awal. Jiyeon tidak akan membiarkannya begitu saja sebelum rasa penasaran tinggi miliknya itu terjawab tuntas. Meski dengan perasaan dongkol setengah mati, Kyuhyun tetap membuka matanya.

“Aku baru mengingatnya beberapa waktu yang lalu, Song. Kau ingat dengan ceritaku sebelumnya? Kejadian mengerikan itu membuat sebagian ingatanku hilang dan salah satunya itu termasuk dirimu. Jadi, aku juga baru tahu jika kau itu baby Song dimasa kecilku.”

Jiyeon terperangah. Dia tidak tahu tentang yang satu ini. Ahra tidak menceritakan kepadanya tempo hari. Jiyeon ingin bertanya lagi, tapi melihat bagaimana mata elang milik Kyuhyun yang telah berubah menjadi sayu itu membuat Jiyeon mengurungkan niatnya. Kyuhyun mengantuk, mungkin efek obat atau memang pria itu merasa sangat kelelahan.

“Tidurlah.” Hanya itu yang Jiyeon ucapkan yang dituruti begitu saja oleh Kyuhyun. Pria itu memang membutuhkan waktu untuk istirahat, mengingat bagaimana ia menguras tenanganya selama di Singapore.

“Ada oleh-oleh untukmu dalam koper. Ambil-lah!.” Kyuhyun benar-benar memejamkan matanya setelah mengucapkan kalimat itu. Tak lama setelahnya ia terhanyut dalam alam mimpi menyisakan Jiyeon yang terdiam memperhatikan Kyuhyun saat tidur. Namun itu tidak bertahan lama, kalimat terakhir Kyuhyun begitu menggodanya untuk segera turun dari ranjang dan menuju ke walk in closet. Kedua koper Kyuhyun yang awalnya berada diujung anak tangga sudah dipindahkan oleh Joongki kedalam kamar Jiyeon.

“Tidak ada oleh-oleh untuk kami?.” Joongki bertanya melihat Jiyeon yang memamerkan begitu banyak oleh-oleh yang dibawa pulang Kyuhyun.

“Tidak. Ini semua untukku.” Jiyeon terkekeh senang mendapatkan begitu banyak jenis oleh-oleh untuknya. Dimulai dari makanan, pakaian sampai pernak-pernik tidak penting pun ada. Kyuhyun benar-benar luar biasa, disaat sibuk pun pria itu masih sempat membawakannya buah tangan. Mungkin jika Jiyeon yang pergi keluar negeri, gadis itu tak berpikir untuk membawa pulang oleh-oleh.

“Coba periksa lagi. Aku yakin pasti ada.” Jim menyahut. Tatapannya menatap Jiyeon penuh harap, tapi diam-diam tangannya mulai mengarah kepada tumpukan cokelat yang dibawa pulang Kyuhyun. Setelah mendapatkan salah satunya, dengan cekatan Jim membuka cokelat tersebut dari bungkusannya dan tanpa dosa menggigit cokelat mahal itu dengan gaya slow motion.

“YAKK!! ITU COKLATKU, KENAPA KAU MENGAMBILNYA.” Jiyeon berteriak histeris setelah menyadari perbuatan Jim. Dengan marah dia mengambil coklat batang itu yang tinggal setengah kemudian memukul-mukul punggung Jim dengan keras, meminta pria itu untuk mengeluarkan coklat miliknya. Jim menyesali perbuatannya yang bermaksud untuk menjaili Jiyeon. Adik sepupunya ini benar-benar beringas, padahal itu hanya sebuah coklat dan masih begitu banyak yang tersisa.

“Hentikan, Song! Itu hanya coklat.” Ternyata ada suara lain yang mendukung pendapat Jim. Jim terbatuk-batuk kesakitan, tapi seolah tidak kapok dia kembali mengambil coklat ditangan Jiyeon ketika gadis itu tengah lengah. Dalam sekali suapan ia memasukkan coklat itu kedalam mulutnya.

“Itu kan oleh-oleh dari Kyuhyun, kenapa kau memakannnya.” Jiyeon bersungut-sungut kesal. Joongki yang melihatnya hanya mampu menggeleng saja. Kyuhyun yang entah sejak kapan terbangun dari tidurnya kini menghampiri Jiyeon. Dia sudah sangat rapi dengan kemeja hitam dan celana jins-nya.

“Kau bisa membelinya lagi. Mungkin Jim tidak pernah memakan coklat sebelumnya.”

“YAAAKKKK!!!.” Teriakan Jim lebih kencang dari Jiyeon. Jim tidak terima Kyuhyun mengejeknya seperti itu. Dia itu bukan manusia purba yang tidak tahu apa itu coklat yang digemari oleh banyak orang. Jim hanya bertujuan untuk menggoda dan mengganggu Jiyeon saja.

“Berisik sekali. Menjauh kalian semua! Suara kalian itu dapat merusak ketenangan bayiku.” Jina muncul dari arah dapur. Perutnya yang sudah kelihatan sedikit membesar berjalan menghampiri orang-orang tercintanya diruang keluarga. Sebuah mug yang berisi coklat panas ia sodorkan kepada Joongki.

Belakangan ini mood Jina dapat dikatakan tidak dalam suasana hati yang baik. Mungkin itu efek dari kehamilannya. Jina yang lemah lembut itu tiba-tiba berubah menjadi ketus dan suka marah-marah tidak jelas jika ada suara berisik disekitarnya. Joongki memaklumi hal tersebut, mungkin tidak dengan tiga kepala yang berada satu ruangan dengannya. Ketiga orang itu kan tidak tahu seperti apa itu hamil, merawat serta meladeni mood ibu hamil yang berubah-ubah setiap hitungan detik.

“Kami memang berniat pulang.” Kyuhyun menanggapi dengan serius ucapan Jina. Dengan cepat ia memasukkan kembali oleh-oleh yang berhamburan diatas ambal kedalam koper. Setelah semuanya selesai ia menutup koper tersebut dan mendirikannya. Kemudian Kyuhyun berjalan kearah tangga, mendorong sebuah koper sedang serta meyampirkan tas ransel milik Jiyeon dipundaknya.

“Ayo.” Kyuhyun mengajak Jiyeon untuk segera mengikuti langkahnya. Gadis itu terheran-heran dibuatnya dengan ajakan pulang Kyuhyun yang bisa dikatakan mendadak ini. Bahkan Jiyeon tidak menyangka Kyuhyun sudah mengepak seluruh barangnya dan barang pria itu.

Oppa, kami pulang dulu.” Jiyeon melambai-lambai kearah Joongki yang diangguki sekilas oleh pria itu. Jiyeon merasa tidak enak harus berpamitan seperti ini kepada orang terkasihnya, namun Kyuhyun malah terlihat tidak peduli.

“Sepertinya Kyuhyun marah. Aku tidak bermaksud mengusirnya, oppa.” Joongki melirik istrinya yang kini sudah menundukkan wajahnya dalam-dalam merasa bersalah. Inilah mood ibu hamil yang selalu membuat Joongki kalang kabut dalam menghadapinya namun untungnya pria itu selalu dapat mengatasi hal tersebut.

“Bukan salahmu, sayang. Kyuhyun itu memang tidak ada basa-basinya, lagi pula pasti dia sangat merindukan Jiyeon makanya ingin segera pulang dan menghabiskan waktu berdua saja.” Papar Joongki asal, tapi dia berharap semoga ucapannya itu dapat melegakan perasaan istrinya agar tidak berpikir jauh lebih panjang. Akan repot urusannya jika Jina dalam suasana hati yang tenang. Sebagai suami jelas Joongki tidak menginginkan hal tersebut, karena itu dia selalu berusaha untuk menjaga sikap agar tidak merubah mood istri tercinta.

“Aku juga mau pergi saja, besok baru pulang. Bye~.” Joongki melempar bantal sofa dengan emosi mengenai punggung Jim yang ditanggapi sambil lalu oleh pria itu. Joongki kesal kepada Jim, itu semua hanya akal-akalan pria itu saja. Padahal sebelum-sebelumnya pria itu tidak pernah meminta izin maupun memberitahunya jika ia akan pergi kemana dan pulang atau tidaknya. Semua itu hanya akal-akalan sepupu Joongki yang berdarah Jerman untuk mengerjai dirinya agar Jina semakin merasa bersalah dan kemudian Joongki akan sibuk untuk meladeni kegundahan Jina.

Begitulah mereka, jika tidak ada Jiyeon maka Jim yang akan menggoda Joongki begitu pula sebaliknya. Jina tahu akan tersebut, dia paham sekali dengan sifat keluarga Song itu. Namun untuk saat ini wanita yang tengah mengandung empat bulan itu seperti tidak mengerti sama sekali bagaimana sikap mereka.

Saat ini Kyuhyun dan Jiyeon tengah berbaring diatas ranjang yang beralaskan seprai berwarna baby pink dengan motif bunga-bunga kecil. Seprai yang menjadi perdebatan hebat antara Kyuhyun dan Jiyeon. Jiyeon yang memaksa untuk mengganti seprai dengan warna lebih cerah dan Kyuhyun yang kekeuh tetap ingin hanya warna abu-abu atau warna gelap lainnya. Pada akhirnya, yang meraih bendera kemenangan adalah Jiyeon. Jiyeon memberi ide jika mereka bisa bergonta-ganti warna seprai sesuai keinginan keduanya dan disetujui oleh Kyuhyun.  Mereka sepakat untuk saling adil satu sama lain.

“Jina eonni memberitahuku, jika seorang pria mencium seorang wanita itu disebabkan dua alasan. Pertama nafsu dan kedua cinta.” Kyuhyun masih fokus dengan laptop-nya, meski begitu telinganya masih dapat mendengar dengan baik apa yang baru saja Jiyeon katakan.

“Kau masuk ke golongan mana? Pertama atau kedua?.” Jiyeon bertanya seraya menolehkan kepalanya kearah Kyuhyun.

“Apa maksudmu?.” Kyuhyun tidak mengerti dengan topik yang Jiyeon angkat saat ini. Kenapa tiba-tiba harus membahas ciuman serta golongan?

“Kau beberapa kali menciumku. Itu karena cinta atau nafsu semata?.”

“Kau ingin yang mana?.” Sepertinya cukup menghibur meladeni Jiyeon sekarang ini. Kyuhyun menutup laptop-nya setelah ia shut down-kan terlebih dahulu.

Jiyeon diam tak menjawab. Bukan tidak tahu jawaban seperti apa yang harus ia berikan, tapi haruskah ia mengatakannya secara langsung. Maksudnya, setiap wanita dimuka bumi ini menginginkan ada pria yang mencintainya dengan tulus, menciumnya bukan karena nafsu namun memang karena perasaan cinta dan kasih sayang yang dimilikinya. Lantas, Kyuhyun malah bertanya pendapat dirinya menginginkan yang mana. Jika ia menjawab karena cinta tentu saja kesannya seperti ia sangat mengharapkan jika pria itu mencintainya, tapi kalau nafsu Kyuhyun malah bisa menyangka dirinya gadis tidak benar lagi. Jadi, daripada salah cakap lebih baik ia diam saja.

“Kau pernah bertanya kenapa aku menciummu. Masih ingat dengan jawaban yang kuberikan?.” Jiyeon mengangguk. “Karena aku istrimu.” Sahutnya yang dibalas gumaman oleh Kyuhyun.

“Menurutmu apa ada alasan lainnya?.”

“Aku tidak tahu.” Jiyeon menjawab sedikit agak jutek. Kyuhyun berdehem beberapa kali sebelum melanjutkan kembali apa yang ingin ia sampaikan.

“Selain kau istriku, aku menciummu disebabkan nafsu dan cinta.”

“Huh?.”

“Nafsu dan cinta. Menurutmu mana yang lebih menarik?.” Kyuhyun sudah ikut merebahkan tubuhnya disamping Jiyeon. Menopang kepalanya  menggunakan sebelah tangan serta menatap Jiyeon intens menunggu jawaban diberikan.

“Cinta.” Sahut Jiyeon spontan. Kemudian cepat-cepat Jiyeon menutup bibirnya sendiri dengan telapak tangan setelah sadar apa yang telah ia ucapkan.

Kyuhyun tersenyum miring melihatnya. Baiklah, mari selesaikan semuanya malam ini. Dia akan membuktikan kepada Hyukjae jika dirinya ini bukan pria pecundang yang hanya bisa bungkam dan menutupi perasaannya.

Saranghae.” Tidak membutuhkan usaha keras ataupun kegugupan yang melingkupi Kyuhyun untuk dapat mengucapkan satu kata penuh makna itu. Tak ada keraguan dari suaranya, karena Kyuhyun mengatakannya dengan penuh keyakinan.

Saranghae.” Kembali Kyuhyun mengulang setelah tidak mendapat respon apapun dari Jiyeon. Gadis itu hanya terdiam dengan ekspresi datar yang terlihat polos dimata Kyuhyun. Iris gadis itu mengerjap-ngerjap bingung dengan apa yang didengarnya.

Cup

Kyuhyun mendaratkan satu kecupan tepat di bibir Jiyeon. Setelahnya ia menarik dirinya kembali menjauh dari wajah gadis tersebut, pria itu ingin melihat seperti apa tampang Jiyeon saat ini.

Kyuhyun mendapati semburat merah dikedua pipi Jiyeon. Begitu merah bagaikan tomat busuk yang menghiasi wajah istrinya. Mendadak perasaan khawatir menyusup perasaan Kyuhyun, dengan tidak sabaran pria itu meletakkan telapak tangannya didahi Jiyeon bertujuan mengecek suhu tubuh gadis tersebut.

“Tidak panas. Kau kenapa? Kau baik-baik saja ‘kan?.” Kyuhyun bertanya cepat. Jiyeon masih baik-baik saja tadi lalu kenapa bisa wajah istrinya memerah seperti saat ini?

“Aku tidak apa-apa. Memang kenapa?.” Akhirnya Jiyeon menemukan kembali suaranya setelah tadi ia masih sangat shok akan pengakuan Kyuhyun mengakibatkan dirinya seperti kehilangan pita suara.

“Wajahmu memerah, Song. Kau yakin baik-baik saja?.” Kekhawatiran terdengar jelas dari nada suara Kyuhyun. Jiyeon menangkup wajahnya menggunakan kedua tangganya. Gadis itu memang merasakan rasa panas yang menjalar ditubuhnya, khususnya diwajahnya itu. Jiyeon sangat tahu apa yang menyebabkan wajahnya bisa memerah seperti apa yang Kyuhyun ucapkan. Bukan karena sakit, tapi karena ciuman tiba-tiba Kyuhyun dan juga pengakuan pria itu mengenai perasaannya yang masih belum dapat Jiyeon cerna dengan baik.

Ternyata Kyuhyun ini luar biasa kolotnya. Masa’ iya hal seperti itu saja dia tidak tahu. Dasar pria tidak pengertian dan kurangnya perasaan peka.

“Aku tidak apa-apa.” Jiyeon kembali meyakinkan Kyuhyun jika dirinya memang baik-baik saja. Pria itu mengangguk lega setelah melihat semburat merah itu mulai menghilang secara perlahan dari pipi Jiyeon.

“Kau mendengarku, Song? Nan neol saranghae.” Jika Jiyeon tidak akan berhenti bertanya sebelum mendapatkan jawabannya, maka Kyuhyun bersikap sama, pria itu akan terus mengulang ungkapan perasaannya sampai diberi tanggapan oleh Jiyeon.

Saranghae ttago?.” Kyuhyun hampir memekik girang kala Jiyeon memberi respon pada ucapannya. Pria itu mengangguk semangat diselingi dengan gumaman kecilnya membenarkan pertanyaan Jiyeon.

“Kenapa?.”

“Apanya yang kenapa? Memang jika mencintai seseorang itu harus memiliki alasan ya?.”

“Tentu saja!.” Jiyeon menyahut mantap yang direspon dengusan oleh Kyuhyun.

“Dengar!.” Kyuhyun mengambil jeda sesaat. “Jika kau menyukai dan mencintai seseorang karena sebuah alasan, maka rasa cinta itu bisa digantikan dengan kebencian disebabkan alasan tersebut. Sederhananya, jika aku mencintaimu karena kecantikan yang kau miliki, maka ada saatnya aku bosan dengan kecantikanmu itu. Aku tidak memiliki alasan yang tepat kenapa bisa mencintaimu karena jika aku memilikinya, mungkin aku bisa balik tidak menyukaimu karena alasan tersebut. Yah, intinya seperti itu.”

Kyuhyun mengerang frustasi diakhir kalimatnya. Pria itu bingung bagaimana cara menyapaikan isi otaknya dengan kalimat sederhana namun mudah untuk dimengerti. Kyuhyun kehabisan ide seperti apa harus mengungkapkannya, karena dia tidak mau Jiyeon mengambil kesimpulan lain dari ucapannya tersebut.

“Tidak logis. Setiap orang pasti mempunyai alasan kenapa dia bisa mencintai dan membenci sesuatu.” Ucapan Jiyeon berhasil membuat Kyuhyun bungkam. Ya, memang tidak ada kesalahan dari apa yang menjadi peraktaan Jiyeon. Tapi, sungguh dirinya tidak tahu apa yang menyebabkan ia bisa bisa sampai jatuh hati kepada istrinya itu.

Yang Khyuhyun sadari adalah dia selalu ingin berada disamping gadis itu, menjaganya, membahagiakkannya pun menghapus setiap linangan air mata yang membasahi pipi istrinya. Intinya, Kyuhyun hanya ingin Song Jiyeon selalu berada dalam jarak pandangnya. Disisinya, mendampingi dirinya sebagai seorang istri dari Cho Kyuhyun. Jika sudah begitu, haruskah Kyuhyun mencari alasan lain?

“Kau menginginkan alasan?.” Kyuhyun menghela nafas kembali melihat Jiyeon yang mengangguk membenarkan.

“Kenapa aku menctaimu? Karena kau istriku.” Tak disangka-sangka Jiyeon malah tertawa kecil mendengarnya. Belum sempat Jiyeon menimpali Kyuhyun sudah lebih dulu menyanggah. “Karena kau istriku makanya aku mencintaimu. Aku mencintaimu karena kau istriku. Aku bukan pria yang semudah itu menaruh hati pada wanita lain, kau istriku, jadi hanya kau yang kucintai bukan istri orang maupun wanita lajang lainnya.”

Tak terhitung sudah untuk keberapa kalinya Kyuhyun mengakui jika ia mencintai Jiyeon. Namun orang yang dimaksud seperti tidak terkecoh sama sekali.

I don’t get it, Kyuhyun. Penjelasanmu terlalu berbelit-belit.” Katakanlah jika Jiyeon kurang ajar yang tidak tahu diri. Bukannya menghargai penjelesan Kyuhyun terkait perasaannya malah diremehkannya dengan mengatakan penjelasan pria itu sulit untuk dipahami.

Kendati demikian, jujur Jiyeon katakan jika dirinya memang tidak mendapat pencerahan dari penjelasan Kyuhyun. Well, Jiyeon tahu jika Kyuhyun mengakui mencintai dirinya. Tapi, untuk alasan pria itu yang membuat Jiyeon tak paham. Menurutnya, alasan Kyuhyun tak dapat diterima oleh logikanya.

“Terserah.” Emosi Kyuhyun mulai tersulut. Dengan beringasnya dia menarik selimut dan menutupi seluruh tubuhnya, tidak lupa pula ia berbaring membelakangi Jiyeon. Menunjukkan rasa enggannya untuk kembali melanjutakna pembicaraan mereka.

“Kau marah? Hey, maaf. Ayo kita sambung lagi.” Jiyeon mencoba membujuk Kyuhyun dengan cara menarik turun selimut tebal itu. Namun, usahanya gagal karena Kyuhyun terlalu erat mencengkram selimutnya agar tidak terlepas. Alhasil, saat ini mereka terlihat seperti sedang berperang selimut.

Kyuhyun kesal, malu sekaligus marah. Sudah berusaha untuk jujur tapi malah ditanggapi bagai angin lalu oleh Jiyeon. Dia juga telah mencoba untuk menjelaskan namun tidak dimengerti oleh gadis tersebut. Kyuhyun bukan pria yang pandai berkata-kata, jadi wajar saja jika setiap kalimat yang keluar dari bibirnya begitu berbelit-belit dan malah terkesan berantakan.

“Tidurlah!.” Dari dalam selimut Kyuhyun berucap lirih. Dirinya sudah sangat lelah, dia butuh tidur begitu pula Jiyeon. Lagipula jam sudah melewati dari waktu tidur Jiyeon yang seharusnya. Mereka butuh istirahat, dengan begitu mungkin keesokan harinya pembahasan mereka dapat dilanjuti dengan kepala dingin.

“Tidak mau. Ayo, jawab lagi pertanyaanku. Kenapa kau menciumku?.”

Kyuhyun menggeram. “Sialan kau, Song!!.” Dengan emosi ia bangun dari tidurnya. Menatap Jiyeon dengan penuh ketajaman.

“Aku menciummu karena nafsu dan cinta. Nafsu itu muncul karena aku mencintaimu. Dan kenapa aku mencintaimu? Karena kau istriku. Singkatnya aku tidak akan menciummu jika aku tidak mencintaimu. Kau tanya mengapa? Bagiku tidak ada nafsu tanpa cinta. Kau bertanya lagi kenapa nafsu itu bisa ada? Jelas karena kau istri sahku, artinya aku bisa mencimmu bahkan lebih dari itu.”

Dalam satu tarikan nafas Kyuhyun berhasil menyelesaikan seluruh kalimat panjangnya dengan berapi-api. Alih-alih Kyuhyun yang kelelahan karena kehabisan nafas, tampaknya Jiyeon yang malah mereasa capek sendiri melihat bagaimana cara Kyuhyun berbicara.

“Bagaimana dengan orang-orang yang berciuman bahkan berhubungan badan tanpa cinta? Banyak hal seperti itu yang terjadi.” Jiyeon belum puas memberi Kyuhyun pertanyaan, gadis itu kembali melontarkan apa yang terselip dalam benaknya.

“Tanyakan kepada mereka, jangan padaku!.” Sahut Kyuhyun ketus.

“Tapi kau- di club waktu itu bersama dengan para wanita. Apa kau mencintai mereka?.” Jiyeon mengulang kembali memori tempo lalu dimana Joongki menemukan Kyuhyun di club malam bersama beberapa wanita yang menggodanya dengan dampaknya wajah Kyuhyun babak belur akibat terjangan dari Joongki.

Kyuhyun mengakui, jika dirinya sering menghabiskan waktu di club. Dia juga beberapa kali sempat terlibat meladeni rayuan para wanita. Tapi itu semua hanya sebataas meladeni, Kyuhyun memang membawa tangannya kebagian-bagian tubuh wanita di club, memberikan mereka fore play demi mencapai puncak kepuasan hanya menggunakan tangannya saja. Kyuhyun melakukannya, tapi tak ada nafsu maupun rasa menikmati yang didapat.

Selain itu yang perlu digaris bawahi, Kyuhyun tidak pernah ciuman maupun melakukan hubungan badan dengan siapapun. Dia tidak pernah membiarkan jika tubuhnya ini dijamahai oleh para wanita yang bukan miliknya, yang tidak dicintai. Oh, tentu saja, jangan lupakan Shin Jina. Bagi Kyuhyun, Jina adalah wanita pertama dalam hidupnya ia bisa merasakan hal-hal baru. Seperti bagaimana rasanya jatuh cinta, berciuman, saling bahagia dan juga rasa sakit yang didapat.

“Aku tidak tahu jika pengakuanku mengenai perasaanku ini bisa memakan waktu panjang. Tapi, yang harus kau tahu, Song. Aku mencintaimu, dan sekali aku mencintai seorang wanita maka aku tak akan melepaskannya. Disaat aku menempatkan hatiku pada seseorang maka tak akan ada hati lain yang berkesempatan untuk memilikinya. Jadi, dari seluruh ucapan panjangku malam ini, ada yang bisa kau tarik kesimpulan, Song?.” Suara Kyuhyun terdengar begitu lembut, santai dan menenangkan. Tidak seperti biasanya hanya nada datar yang selalu bisa terdengar dari suara Kyuhyun.

Jiyeon mendengar dengan baik dari awal hingga detik ini, dia tahu segalanya meski ada beberapa bagian yang tidak dia mengerti. “Kau mencintaiku karena aku istrimu. Kau menciumku karena cinta, nafsu dan aku istrimu.” Kyuhyun menyunggingkan senyum tipisny. Lantas ia kembali membaringkan tubuhnya disamping Jiyeon, membawa tangan kirinya kepuncak kepala gadis tersebut, mengusap-usapnya penuh kasih.

I love you. Do you feel the same?.”

Jiyeon mengerjap dalam keheningannya. Kyuhyun tidak tahu saja jika suara seraknya yang berbisik tepat ditelinga Jiyeon membawa getaran aneh pada tubuh gadis tersebut. Jiyeon tidak munafik dengan mengatakan jika dirinya tidak senang akan pertanyaan Kyuhyun. Justru sebaliknya, sejak awal ia sudah merasa tidak tenang sendiri mendengar bagaimana Kyuhyun mengungkapkan perasaannya tanpa keraguan sedikitpun.

Sungguh, Jiyeon merasa begitu bahagia. Ia merasa dirinya dibawa terbang hingga kelangit ketujuh. Detak jantungnya pun berpacu dua kali lebih cepat dari batas normal, perasaannya tengah melambung tinggi saat ini. Siapa sih yang tidak ingin dicintai? Terlebih jika dicintai oleh pria setampan dan sekarisma Kyuhyun. Sudah pasti Jiyeon merasa berbunga-bunga akan hal tersebut.

Kendati demikian, pengakuan sekaligus pertanyaan Kyuhyun menganggu benak Jiyeon. Kyuhyun mencintainya, dan pria itu bertanya apakah dirinya juga mencintai pria itu?. Jiyeon dilanda kebingungan dan keresahan tidak menentu. Dia tidak tahu dengan perasaannya sendiri. Apakah dia mencintai Kyuhyun? Lalu seperti apa rasa cinta itu sesungguhnya? Seumur-umur dia tidak pernah menjalin kasih dengan pria manapun, yang ia lakukan hanyalah mengidolakan para idol-nya saja. Memuja-muja mereka, berkata jika ia mencintai idol-nya. Lantas apakah perasaan seperti itu bisa disebut dengan cinta? Karena meski ia kesal dengan sikap dingin Kyuhyun, tak dipungkiri jika diam-diam gadis itu juga mengangumi suaminya.

Aksi diamnya dan tak merespon ungakapan cinta Kyuhyun, bukan bermaksud dia mengabaikan pria tersebut. Melainkan Jiyeon tengah shock akan pengakuan tersebut. Jiyeon sering mendengar dari beberapa pria jika mereka mengaku mencintai dirinya dan mengajak Jiyeon untuk berkencan. Iya, pengakuan cinta bukanlah hal baru bagi Jiyeon. Namun, entah mengapa mendengar hal tersebut dari Kyuhyun memberikan efek lain pada dirinya.

Apakah ia mencintai Kyuhyun? Kenapa ia bisa mencintai suaminya itu?

“Aku aku- hmm aku.”

It’s oke. Nothing to worry and you don’t have to think about it.” Kyuhyun menyela cepat menyadari bagaimana kebingungan dan keresahan Jiyeon saat ini.

“Bagiku, aku saja yang mencintaimu dan kau selalu berada disampingku itu sudah cukup. Kau tidak harus membebankan dirimu dengan pertanyaanku, Song.”

Jiyeon ingin menangis. Ia merasa buruk dan berdosa pada Kyuhyun. Pria itu mencintai dirinya lantas kenapa ia masih ragu dengan perasaannya sendiri? Jiyeon mengutuk yang namanya cinta, karena gadis itu tidak memahami hal tersebut. Kyuhyun yang lembut, mengerti dirinya dan mencoba menenangkan dirinya malah membuat ia merasa bersalah kepada pria itu. Sialan! Kenapa rumit sekali perasaannya ini?

“Kau bahagia hidup denganku? Menjadi istriku dengan menyandang gelar Nyonya Cho.”

Tanpa keraguan seperti sebelumnya, Jiyeon mengangguk mantap. Mereka memang menikah karena perjodohan, menolak mentah-mentah ide dari pihak keluarga tersebut untuk menikahkan anak-anak mereka. Namun sejauh hidupnya berumah tangga dengan Kyuhyun, Jiyeon tidak merasa terbebani sekali pun. Ia bahagia, ia merasa dilindungi dan diingankan meskipun Kyuhyun terlihat acuh dan tak acuh.

“Bagus, Itu sudah cukup.” Kyuhyun masih mengusap puncak kepala Jiyeon, pandangannya tak pernah lepas melihat langsung kematik mata istrinya itu. Setelah memberi kecupan kecil di kening Jiyeon, Kyuhyun membawa tubuh mungil gadis itu kedalam pelukannya. Tangan kirinya berkerja mengusap kepala Jiyeon sedangkan yang kanannya ia gunakan untuk mengusap punggung istrinya. “Time for bed, Song. Close your eyes, don’t let the bugs bite you.”

Jiyeon terkekeh mendengar kalimat terakhir Kyuhyun. Pria itu seperti seorang ibu yang sedang menidurkan anaknya. Begitu manis dan menggemaskan. Jika kalian bertanya apakah Jiyeon senang? Tak perlu diragukan lagi, saking senangnya Jiyeon tak dapat menggambarkan bagaimana peraasaannya kini. Hal yang sama pun terjadi pada Kyuhyun. Pria itu merasakan sebuah beban berat telah terlepas dari pundaknya, kini ia merasa begitu ringan dan bahagia yang tak berujung.

T.B.C

 

76 pemikiran pada “MARRIED WITH MR. ARROGANT ~ 18

  1. Akhir’a update jga,kyu sma jiyeon tambah manis aja,ayo dong aku pingin bgt jiyeon cepet menyadari perasaan’a,trus cepet” punya baby,ditunggu next part’a

  2. lega juga,akhirnya kyuhyun bilangbcinta juga ke jiyeon.tp,emang gimana sih perasaan jiyeon ke kyuhuun.apadia belum bisa mengerti tentang apa yg dia rasakan selama ini ke kyuhyun???

  3. akhirnyaaaa!!!!!!!
    ouch…. puas banget ma part ini.
    akhirnyaaa…. kyu nyatain juga perasaannya ke jiyeon. setelah menunggu sekian part. tapi emang ini jiyeon yang kelewat polos ato gimana?!? jadi gemes sendiri ma reaksi jiyeon.

  4. Akhirnya kyuhyun mengakui jg perasaannya sm jiyeon tp jiyeon polos bgt sih ga ngerti2 sm apa yg kyuhyun blg bkn gemes 😀

  5. setelah ku perhatiin dari awal part ampe part ini tu
    aku suka banget cara authornya menggiring kyuji ke love circle,
    perlahan dan ga terkesan dipaksa, pertama
    kedua, porsi mereka berdua seimbang, cwe nya ga menye2 pake peran istri terdzolimi yg bnyak di ff2 perjodohan terus kyu nya walopun aga2 jahat tapi ga sampe jadi peran suami durhaka yg suka ngegaplok istrinya
    ketiga tu kyu yg emang keras, dingin, gaada basa basi ga seketika lenyap gitu aja pas dia ada rasa ke jiyeon.. karna bnyak tuh ff yg penggambaran karakter (terutama cwo) di awal sama akhirnya beda jauuh cmn gara2 jatuh cinta. well tp itu ga terjadi di sini. buktinya si kyu diem2 bae pas jiyeon nangis abis dibentak gara2 kyu kesedak. ga terus nenanginnya pake kata2 so cheesy gitu, tetep stay cool pake cara kyu sendiri. karna cinta tu ga merubah sifat tapi cuman sikap yaa…
    hehe
    segitu aja sih
    figting kakaaaaa

Tinggalkan komentar